Selasa, 01 September 2009

Kami ada disini

Sekarang kami ada di sini sman1guntal
silahkan berkunjung dan bagi alumni sman 1 guntal silahkan bergabung.Selamat bergabung dan kami tunggu


Selengkapnya......

Senin, 09 Februari 2009

Solok Diserang Demam Berdarah

Solok, Singgalang
Semenjak sepekan terakhir, belasan korban demam berdarah dengue (DBD) dirawat secara intensif di RSU Solok. Empat di antaranya merupakan warga Kota Solok. Mereka yang menjadi korban itu, rata-rata kalangan remaja dan anak-anak. Informasi yang dikumpulkan Singgalang hingga sore kemarin, sedikitnya lima korban asal Kabupaten Solok dilaporkan nyawanya tak dapat tertolong lagi. Sementara pasien asal Kota Solok, tidak ada yang meninggal.

Seorang korban, Anevia, 21, di Ruang Mayang Taurai RSU Solok didampingi orang-tuanya, Sutrisno, warga Simpang Ambacang, Kelurahan VI Suku, Kota Solok yang ditemui Singgalang, Rabu (28/1), menyebutkan, penyakit akibat gigitan nyamuk itu diawali demam panas. Katanya, ada bintik-bintik merah pada bagian badan dan disertai muntah-muntah.

Awalnya, orang tua korban mengira hanya demam biasa. Namun setelah dua hari kemudian tidak juga kunjung sembuh, akhirnya anak kedua dari empat bersaudara itu, terpaksa dilarikan ke RSU Solok guna perawatan lebih serius.
Anevia mulai dirawat empat hari lalu. Kini sedang menunggu hasil pemeriksaan labor. “Mudah-mudahan secepatnya bisa kembali pulang,” kata ayahnya.

Lebih lanjut dikatakan Sutrisno, sebelumnya ada warga Nagari Talang, Kabupaten Solok dan warga Tanjung Paku, Kota Solok, dirawat di RSU tersebut. Namun telah diperbolehkan pulang tim dokter.
Perawat, Dr. Dian, yang dikonfirmasikan kala itu, menuturkan, selama sepekan ini sedikitnya telah dirawat sebanyak lima penderita demam berdarah. Diantaranya Doni Candra asal Kelurahan VI Suku, Mahdalena dari Tanah Garam, Wiwin Prayuda warga Batu Gadang serta Siswani Hasan asal Nagari Talang. “Sementara penderita yang meninggal dunia, diduga kuat asal Kabupaten Solok, sedangkan Kota Solok belum ada,” tukas Dian.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Solok Dr. Umar Rivai yang dihubungi Singgalang, kemarin, mengimbau agar warga Kota Solok menjaga kebersihan. Terutama pada tempat-tempat yang bepotensi sebagai tempat sarang nyamuk.
Yang paling penting, katanya, adalah kebersihan pekarangan rumah dan menggelar 3M (menguras bak penyimpanan air, menimbun barang-barang bekas, membakar sampah). “Kita secepatnya akan melakukan penyemprotan ke beberapa kelurahan, bersama petugas puskesmas setempat,” jelas Umar. 404/209

Selengkapnya......

Senin, 15 Desember 2008

Rumah Masa Depan

eramuslim - Siang itu matahari bersinar cukup garang menyirami pekuburan Pondok Kelapa mengiringi jenazah almarhumah ibunda dari pimpinan perusahaan tempat saya bekerja. Tanah merah yang kering menjadi berdebu diterpa angin yang bertiup kencang. Perlahan-lahan tubuh almarhumah mulai dimasukkan ke dalam liang lahat. Sanak famili yang datang tertunduk haru bahkan ada yang tak tertahankan tangisnya.

Setelah jenazah diletakkan di dalam lubang dan tali pengikat kafan dilepaskan para penggali kubur menutupinya dengan tanah dan di atasnya ditanamkan batu nisan. Itulah akhir episode kehidupan seorang anak manusia yang telah habis masa hidupnya di dunia dan mulai memasuki kehidupannya yang baru di alam kubur.

Terbayang olehku gelapnya alam kubur, Ya Allah sanggupkah tubuh yang penuh dengan debu dosa dan maksiat ini menghadapi kepengapan, kesempitan dan kesunyiannya? Belum lagi mahluk-mahluk kecil yang siap menjelajahi tubuh ini hingga perlahan-lahan menghancurkannya dan menyisakan tulang belulang.

Tak ada lagi gemerlap kehidupan dunia, mobil mewah yang kita miliki tidak ikut masuk ke dalam lubang ukuran 2 x 1 m di kedalaman 2 m, deposito dollar, saham perusahaan, tanah 1000 hektar, istri yang cantik, jabatan semuanya kita tinggalkan.

Ya Allah jadikanlah kubur sebagai pengingat diri dari berbuat zhalim dan melanggar perintah-Mu

Kubur adalah rumah masa depan kita, rumah yang seharusnya kita persiapkan jauh-jauh hari. Kalau untuk rumah di dunia saja kita sibuk ambil kredit, mati-matian menabung bahkan tidak jarang ada yang bela-belain korupsi hanya untuk mendapatkan rumah.

Lantas kenapa untuk peristirahatan yang abadi kita malah lalai bahkan lupa?

Ya Allah, jadikanlah sisa umur ini menjadi usia yang penuh manfaat dan keberkahan sehingga menjadi penolongku nanti.

Ingatkah waktu hendak membangun rumah kita sibuk merancang arsitektur, pondasi, bangunan fisik dan interiornya? Begitu cermatnya kita hingga tidak segan mengeluarkan biaya besar untuk mewujudkannya. Lalu bagaimana dengan rumah masa depan kita? Sudahkah kita merancang arsitektur ibadah kepada Allah, lalu kita gali diri ini dengan ilmu untuk memperkokoh pondasi keimanan dan ketakwaan, kemudian kita bangun tiang-tiangnya dengan shalat khusyu' nan ikhlas disertai dinding amal sholeh serta kebaikan, dan tak lupa menutup atap rumah kita dengan infak di jalan Allah.

Ya Allah, seandainya kau cabut nyawaku saat ini juga jadikanlah sebagai akhir yang baik dan mudahkanlah.

MZ Omar

omar@akk.co. id

sumber info: http://www.eramusli m.com/ar/ oa/49/13321, 1,v.html

Selengkapnya......

Ibu, Engkaulah Pelabuhan Hatiku

oleh Fithratuddin
------------ --------- --
22 Desember adalah hari yang diperingati oleh sebagian besar bangsa kita sebagai hari ibu. Hari yang tidak hanya sekadar seremonial belaka, tetapi hari yang setiap harinya harus kita peringati sembari berbakti kepada sang ibunda tercinta.

Yah, Ibu, sosok manusia yang pertama kali menyapa ku ketika hadir di dunia. Sosok wanita, yang tak henti-hentinya berada di belakang saya, di saat saya butuh dukungan dan tempat bersandar. Beliau berada di depan, ketika saya butuh panduan dan bimbingan serta nasihat. .

Ibu, hati ini terasa mekar ketika mendengar suaramu yang mulai serak walaupun hanya di ujung telepon selular. Suaramu yang serak tidak tergantikan dengan suara orang lain walaupun lebih merdu dan indah..

Setahun yang lalu, di saat Ramadhan, kudengar kabar dari adik, kalau engkau mengalami kecelakaan. Gemuruh hati di kala itu begitu tak bisa kukendalikan. Rasa sedih, rasa rindu berkecamuk menjadi satu, sehingga di sujud-sujud ku wajahmu senantiasa hadir. Setahun sebelumnya anakmu ini pamit untuk menjemput rezeki di kota jakarta ini. Hanya tautan komunikasi yang senantiasa menyambung tali silaturahim di antara kita. .

Ketika kabar sedih itu datang, tak kuasa kaki ini ingin melangkah pulang ke rumah, menemuimu, mendekapmu, membantumu…Tapi lagi-lagi suara serak itu bernada “Jangan
Nak, insya Allah mama masih kuat”. Yah, saya tahu di kala itu, engkau sedang menahan perihnya sakit yang engkau derita. Di saat itu, engkau sedang menangis karena rasa sakit yang tak tertahankan, tapi lagi-lagi engkau masih mau menyembunyikannya dari penglihatan anak-anakmu. .

Di saat operasi menjelang, engkau hanya meminta agar didoakan supaya Allah memberikan kekuatan dan kesehatan. Padahal tidak hanya itu, engkau butuh selain itu tapi tidak kau utarakan. Di saat itu, siang dan malam ku hanya dihiasi dengan keingintahuan mendengar kabar dari mu, ibu….

Di saat liburan pun, waktu 10 hari tidaklah cukup untuk menggantikan saat dimana saya tidak bisa berada di sampingmu ketika engkau sakit. Di saat itu pulang kembali ke jakarta adalah waktu-waktu yang sulit. Meninggalkanmu dengan sakit yang masih engkau rasakan.

Ramadhan 1429 Hijriyah, tepat setahun setelah engkau menjalani operasi. Kini kondisimu sudah mulai membaik walaupun rasa sakit itu kadang terasa. .

Ibu, sosok perempuan yang tidak tergantikan oleh siapapun dalam hidupku. Sosok yang senantiasa hadir sebagai solusi di setiap masalah yang lagi saya alami. .

Ibu, engkaulah tempat persinggahan hatiku. Ketika ingin bicara dengan ayah, maka engkaulah orang pertama yang saya beritahu. .

Ibu, engkaulah palabuhan hatiku, di saat kapal harapan ini karam, maka engkaulah tempat berlabuhku. Di saat hidup ini terasa samar dan hampa, maka engkaulah yang menjadi pelita penyemangat. Engkau selalu hadir di saat saya membutuhkan. Engkau senantiasa mendengarkan setiap kesah dari anakmu ini. .

Lautan luas yang membentang di antara kita, bukanlah jarak yang jauh untuk sampainya doa-doa darimu di setiap waktu. .

Maka pantaslah ketika Rasulullah SAW menempatkan sosok ibu sebagai orang pertama yang harus kita cintai, hormati dan sayangi sepanjang waktu..

Teriring doa dan rindu dariku, anakmu yang masih sering nakal, untuk sosok perempuan yang nun jauh disana, tetapi selalu lekat dalam doa dan hati. Semoga Allah memberikan kesehatan dan umur yang berkah bagi engkau, ibuku, pelabuhan hatiku, pelita penyemangatku. .

dr Milis Tahajud-community@yahoogroups.com

Selengkapnya......

Jumat, 05 Desember 2008

Esensi Ibadah Kurban

Oleh : M Kosim, Guru PAI SMP Negeri 8 Padang

Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu ni'mat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus. (Q.s. al-Kautsar/108: 1-3)
Ibadah kurban merupakan perintah Allah, seperti pada ayat di atas, tentunya bagi setiap muslim yang mampu. Ibadah ini dilaksanakan setiap tahun, tepatnya pada hari raya Idul Adha dan hari tasyri’. Telah banyak darah hewan ternak yang tumpah ke bumi yang “dikurbankan” dari tahun ke tahun, namun dampak positif ibadah kurban dalam konteks kehidupan sosial masih sering dipertanyakan.

Diakui memang, ketika penyembelihan hewan kurban, masyarakat di sekitar dapat menikmati daging kurban. Akan tetapi, daging tersebut hanya dikonsumsi dalam waktu yang amat terbatas. Maka muncul pertanyaan yang mendasar, seberapa besar pengaruh atau kontribusi ibadah tersebut terhadap perubahan sosial? Apakah esensi kurban hanya sekadar memberi daging kepada sesama satu kali dalam setahun?

Tidak bisa dipungkiri bahwa banyak orang yang berkurban hanya dimotivasi oleh pahala yang dijanjikan. Banyak hadis nabi yang ditemukan tentang ganjaran yang diberikan kepada orang yang berkurban. Di antaranya pernah suatu ketika para sahabat bertanya, ”apakah maksud kurban ini?” Beliau menjawab, ”Sunnah Bapakmu, Ibrahim.” Mereka bertanya, ”apa hikmahnya bagi kita?” Beliau menjawab, ”Setiap rambutnya akan mendatangkan satu kebaikan.” Mereka bertanya, ”Apabila binatang itu berbulu?” Beliau menjawab, ”Pada setiap rambut dari bulunya akan mendatangkan kebaikan.” (HR. Ahmad).

Jika ibadah kurban hanya didasari oleh keinginan untuk memperoleh pahala an sich, maka ibadah kurban lebih berdampak terhadap kepuasan psikologis seseorang secara individual. Sementara pengaruhnya terhadap kehidupan social hanya sebatas makan daging di hari itu saja.

Oleh karena itu, perlu memahami hakikat ibadah kurban yang sesungguhnya. Pahala yang dijanjikan memang perlu diketahui dan menjadi motivasi bagi umat untuk melaksanakan perintah tersebut. Akan tetapi, hakikat ibadah kurban jauh lebih penting untuk dipahami.

Untuk memahami hakikat ibadah kurban, bisa dilihat dari aspek historis. Dalam Al-Quran disebutkan bahwa pengurbanan pertama yang dilakukan adalah pengurbanan Habil dan Qabil (Q.s. al-Maidah ayat 27). Ketika itu, keduanya diminta berkurban harta yang dimiliki untuk menentukan pendapat siapa yang benar di antara mereka. Sebelumnya, Adam as akan menikahkan kedua putranya tersebut secara silang; bukan dengan saudari kembarnya. Namun, Qabil menolak keputusan tersebut, sementara Habil menerimanya.

Akhirnya, mereka diminta untuk berkurban, Qabil mengurbankan hasil pertanian berupa buah-buahan yang tidak lagi segar, sementara Habil mengurbankan hasil ternak berupa domba yang gemuk. Akhirnya pengurbanan Habil yang didasari dengan ketaatan dan keikhlasan itulah yang diterima oleh Allah SWT.

Sejarah yang lebih menarik adalah kisah Nabi Ibrahim as dalam mengurbankan anaknya. Bahkan, ibadah kurban yang dilakukan umat Islam hingga saat ini disebut dalam hadis di atas sebagai ”sunnah bapakmu Ibrahim”.

Memang dramatis sekaligus menggetarkan kisah yang dialami oleh Nabi Ibrahim as. Hampir seabad usia Ibrahim--menurut Hamka dalam tafsimya Al-Azhar, usia Ibrahim ketika itu adalah 86 tahun--barulah Allah mengabulkan doanya dengan lahirnya seorang putra melalui rahim Hajar. Putra itu diberi nama Ismail.

Ketika Ismail berusia sanggup berjalan dengan ayahnya, maka Allah pun menguji Nabi Ibrahim, di mana ia bermimpi agar menyembelih putra semata wayangnya, Ismail. Lalu apa yang dilakukan nabi yang telah banyak mendapat cobaan keimanan itu? Bisa dibayangkan, sifat ke-bashariyah-an Ibrahim jelas membuat jiwanya goncang, gemetar, dan berpikir keras, apa yang mesti ia lakukan. Memilih antara salah satu dan yang amat dicintai: Allah atau Ismail?

Singkat cerita, akhirnya, Ibrahim memilih untuk mengorbankan Ismail demi cintanya kepada Allah. Mereka pun sama-sama menyerahkan diri secara total kepada Allah, la letakkan pipi Ismail ke sebongkah batu, lalu ia angkat tinggi-tinggi pedangnya yang sudah ditajamkan. Ketika itu, ia berteriak mengagungkan nama Allah, dengan ucapan ”Allahu Akbar”. Sebelum mata pedang itu menebas leher Ismail, malaikat diutus Allah untuk menahan pedangnya lalu menggantikan pengorbanan itu dengan seekor kibas (sejenis kambing besar).

Itulah segelintir kisah yang tragis, menyedihkan, mendebarkan, tetapi berakhir dengan kebahagiaan. Ternyata tidaklah sia-sia kecintaan Ibrahim kepada Allah. Andai saja Ibrahim memilih Ismail, maka ia akan ”meninggalkan” dan ”ditinggalkan” oleh Allah; sementara masa depan Ismail tidak ada jaminan. Namun dengan memilih Allah, semuanya selamat Ibrahim selamat dari ujian, Ismail pun selamat dengan tetap hidup dan akhirnya menjadi seorang Rasulullah di kemudian hari.

Di balik kisah tersebut terkandung hikmah ibadah kurban yang sesungguhnya. Ibadah kurban merupakan simbol kecintaan manusia kepada Allah SWT. Kecintaan itu diwujudkan dalam ibadah kurban, bukan diserahkan kepada Allah secara langsung—sebab Allah itu ghaib dan tidak butuh hewan yang merupakan makhluk-Nya—tetapi perngurbanan itu diberikan kepada sesama manusia. Itu artinya bahwa kecintaan kepada Allah harus diwujudkan dengan hati yang ikhlas dan berdampak kepada kehidupan sesama manusia.

Hal itu bisa dilihat dari tempat pelaksanaan pengurbanan tersebut, dilakukan di atas bukit, bukan di tengah-tengah orang ramai lalu memamerkan diri sebagai hamba Tuhan yang paling taat. Selanjutnya, pengorbanan itu pun berdampak terhadap kehidupan sosial, di mana kisah tersebut diabadikan oleh nabi-nabi sesudahnya sehingga tempat yang bersejarah itu, yaitu Mekah yang awalnya daerah gersang, tandus tak berpenghasilan menjadi kota yang ramai dikunjungi oleh orang hingga saat ini.

Pertanyaan selanjutnya, apakah ibadah kurban yang dilakukan oleh umat Islam saat ini sebanding dengan pengurbanan yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim as? Tentu tidak! Karenanya, umat Islam harus berupaya mewujudkan cintanya kepada Allah dengan rela berkorban secara ikhlas. Ibadah kurban yang dilakukan setiap tahun merupakan momen untuk mengingatkan dan menggugah kesadaran manusia akan pentingnya kepedulian sosial, di samping pahala yang dijanjikan. Setiap individu harus memiliki kontribusi yang jelas terhadap kehidupan sosialnya.

Jika nabi Ibrahim memiliki Ismail dan ia sangat mencintainya, lalu bagaimana dengan kita?


Ismail merupakan simbol kecintaan Ibrahim selain Allah. Artinya, kita pun memiliki Ismail-Ismail dalam kehidupan ini. Ismail itu dapat berupa uang, rumah mewali, mobil, perusahaan, jabatan, anak, istri/suami, atau terhadap diri kita sendiri dan segala sesuatu yang menjadi kecintaan kita di dunia ini, selain dari pada Allah SWT. Sudahkah kita mengorbankan ”Ismail-Ismail” kita tersebut untuk Allah? Cara mengorbankannya bukanlah dimusnahkan, sebagaimana Ibrahim yang diperintahkan untuk menyembelih Ismailnya. Tetapi, mengorbankan Ismail yang dimaksud adalah mempergunakannya untuk kepentingan agama Allah yang jelas berdampak terhadap kehidupan sosial.

Jadi, ibadah kurban di hari raya Idul Adha dan hari tasyri’ merupakan satu dari bentuk pengorbanan yang diperintahkan Allah Taala. Dengan memahami nilai historis ibadah kurban diharapkan kita mampu memetik esensi sesungguhnya dari ibadah tersebut yang menguji keikhlasan hati dalam beribadah dan kepedulian sosial dalam setiap aktivitas. Jika pemahaman terhadap ibadah yang diperintahkan Allah dilakukan secara komprehensif, maka setiap ibadah tersebut akan paralel dengan kehidupan sosial; semakin tinggi ketaatan umat kepada perintah Allah berupa ibadah mahdhah, maka semakin berkualitas pula kehidupan masyarakat di sekitarnya, baik dalam hal kesejahteraan, kedamaian, maupun peradaban. Sebagai umat yang beriman lagi berakal, pikirkan dan petiklah setiap makna yang terhimpun dalam perintah Allah! (Sumber: Padek)

Selengkapnya......

Fadhilah Puasa Sunnah Arafah

Oleh : Fauzi Bahar,
Wali kota Padang

Sedemikian besarnya kasih sayang Allah dan betapa luas rahmat-Nya. Sehebat-hebat-Nya murka Allah tapi jauh lebih besar ampunan-Nya. Sedurhaka-durhakanya manusia pada-Nya, Allah tak pernah jemu melimpahkan rezeki-Nya dan menurunkan karunia-Nya.

Bahkan Allah membuat sebuah bentuk peribadatan, yang apabila mana ibadah itu dilaksanakan dengan niat yang ikhlas demi mengharapkan ampunan-Nya. Maka Allah janjikan akan menghapus dosa-dosa setahun yang lalu dan dosa-dosa setahun yang akan datang.

Itulah ibadah yang disebut dengan puasa sunat Arafah, yakni puasa sunat yang jatuh pada hari Arafah, tepatnya tanggal 9 Zulhijah. Ketika jutaan umat dari berbagai belahan dunia hadir melaksanakan wukuf di Arafah guna menunaikan rukun Haji, maka umat yang belum berkesempatan melaksanakan Haji pada saat itu, disunatkan untuk berpuasa pada hari Wukuf itu.

Sebuah bentuk lain kecintaan Allah pada hamba-Nya, kendatipun tidak hadir di Padang Arafah, namun secara substantif fadhilah hari Arafah tetap dapat diperoleh oleh umat Islam di manapun berada.

Bahkan, umat yang berpuasa sunat pada hari Arafah itu disebut sebagai orang yang paling beruntung dalam hidupnya, betapa tidak, coba kita resapi saja Hadits Rasulullah yang diriwayat Imam Muslim ini, “dari Abi Qatadah RA, Rasul bersabda, Puasa di hari Arafah karena mengharapkan ampunan dari Allah, dapat menghapuskan dosa dua tahun, yakni setahun yang lalu dan setahun yang akan datang” Subhanallah.

Begitu besarnya kemanfaatan puasa sunat dihari Arafah itu, sehingga sebagian ulama malahan menetapkan bahwa puasa sunat Arafah termasuk sunat Muakad.

Sungguh beruntung dan tidak akan putus-putus rasa syukur kita kepada Allah, yang telah memberi jalan teramat lurus dan gampang bagi umat-Nya untuk membersihkan diri dari dosa-dosa.

Puasa sunat satu hari di hari Arafah, atau tepatnya tanggal 7 Desember hari ahad lusa, dengan niat karena Allah, maka semua dosa setahun yang lalu yang telah dibukukan oleh Malaikat pencatat dosa, segera dihapus oleh Allah SWT, dan apa-apa yang akan menjadi bibit dosa untuk setahun yang akan datang pun telah dipangkas habis lantaran berpuasa sunat di hari Arafah.

Kutulis sebuah risalah kecil ini, tak lain untuk berbagi kebahagiaan dan kegembiraan dalam menyambut Puasa sunat Arafah yang selalu menjadi buah rindu bagi Baginda Rasul, para sahabat, para tabiin, para ulama dan umat sampai dihari yang kemudian.

Sesama umat yang diperintahkan untuk saling mengajak kepada kebaikan, penulis mengajak kita semua,marilah kita pasang niat untuk melaksanakan ibadah puasa sunat di hari Arafah, tanggal 9 Zdulhijjah, yang bertepatan dengan hari Ahad lusa tanggal 7 Desember 2008.

Adalah kerugian teramat besar, manakala bonus yang luar biasa ini tidak kita raih. Dihapuskan dosa-dosa kita sejak setahun yang lalu, dan dosa-dosa kita setahun yang akan datang. Selamat menunaikan Puasa Sunat Arafah.

Selengkapnya......

Rabu, 03 Desember 2008

SERTIFIKASI GURU

Oleh : D A S W I R *)

Sertifikasi guru sebagaimana yang diamanatkan Undang Undang No. 14 Thaun 2005 tentang Guru dan Dosen, tengah konsen dilakukan pemerintah seiring dengan keluarnya Permendiknas Nomor 18 Tahun 2007, yang pada akhirnya bermuara pada peningkatan kesejahteraan guru.

Kesejahteraan guru adalah kata ’sakral’ bagi pengelola bangsa ini. Saking sakralnya ketika kata ini disuarakan oleh abdi negara yang selama ini telah dianugerahi gelar “pahlawan tanpa tanda jasa” para pejabat negeri ini hanya saling pandang dan senyum kecut.

Kita tidak memungkiri telah ada usaha setengah hati dari pemerintah sebagai usaha yang katanya untuk mensejahterakan guru yaitu dengan memberlakukan Sistem Kenaikan Pangkat tersendiri. Dan setelah lebih satu dekade berjalan, kenyataannya yang namanya kesejahteraan guru masih jauh dari harapan. Permasalahan baru pun muncul yaitu menumpuknya guru dalam pangkat IV a. Apalah artinya berpangkat jenderal kalau gaji cuma kopral.

Dan suatu terobosan baru yang berkiblat ke Amerika, Inggris dan Australia dilakukan pemerintah saat ini dengan melaksanakan Sertifikasi Guru. Sebuah langkah kuda (bisa maju – bisa mundur) yang tidak patut diacungi jempol. Kalaupun harus dilakukan tidakkah sebaiknya dimulai dari titik nol , yaitu dengan peningkatan kualitas LPTK dan rekrutmen guru baru.

Kita tidak sepenuhnya alergi dengan Sertifikasi yang katanya untuk mendapatkan guru yang bermutu. Tidak dapat disangkal memang untuk meningkatkan kualitas pendidikan bagi penerus bangsa ini salah satunya adalah adanya guru yang kompeten sebagai aktor utama dalam pendidikan.

Persoalaannya sekarang, apakah dengan melakukan sertifikasi yang dipaksakan kepada seluruh guru adalah suatu solusi yang jitu. Di awal pelaksanaannya sekarang kita tidak dapat menutup mata bahwa guru-guru yang melengkapi bahan sertifikasi belum sepenuhnya orang yang tepat . Ini terlihat dari kriteria perangkingan seperti masa kerja, umur, golongan, dst.

Kendati tidak melakukan penelitian, adalah suatu hukum alam yang mutlak terjadi bahwa orang yang sudah berumur dan hampir pensiun mepunyai etos kerja yang menurun. Tidak dapat dibayangkan, kalaulah orang-orang yang telah memperoleh penghasilan lebih tidak dapat dituntut bekerja optimal, apalagi guru biasa yang belum memperoleh sertifikat pendidik. Dengan sendirinya di sekolah akan terjadi diskriminasi antar guru yang jelas akan mempunyai pengaruh terhadap peserta didik.

Jangankan ke depan, sekarang pun dampaknya telah terasa langsung terhadap kelancaran PBM. Untuk melengkapi bahan-bahan sertifikasi dalam rentang waktu yang sangat ketat, tugas mengajar pun terlalaikan.

Kalaulah pemerintah dan DPR beritikad baik untuk meningkatkan kesejahteraan guru, tidakkah sebaiknya dilakukan kenaikan gaji secara bertahap.

Dengan hitungan matematika sederhana, sertifikasi guru yang diharapkan rampung tahun 2015 sebagaimana rambu yang ada dalam UU Guru dan Dosen masih mempunyai rentang waktu 8 tahun dari sekarang. Dengan mengambil patokan gaji guru golongan III misalnya Rp. 4 juta yaitu naik Rp. 2,4 juta dari gaji sekarang, kenaikan dapat dilakukan sebesar Rp. 300 ribu setiap tahunnya. Ini pelajaran matematika bagi yang pernah belajar di SD.

Kiranya pemerintah tidak lagi perlu mengeluarkan kost yang begitu besar untuk yang program sertifikasi . Seluruh guru akan merasa diperhatikan secara adil tanpa pilih bulu, yang akan menumbuhkan roh baru bagi dunia pendidikan negeri ini.

Tulisan ini hanyalah sebuah gonggongan, kendati kafilah berlalu setidaknya dapat sedikit mengusiknya…!

*) Penulis adalah Alumni dan Guru SMA Negeri 1 Gunung Talang

Selengkapnya......